Solusiindonesia.com — Eskalasi peperangan Israel dan Iran berdampak pada warga Israel yang melarikan diri menuju Mesir. Banyaknya rudal yang membumi hanguskan sebagian kota-kota di Israel menciptakan suasana kepanikan dan mencari penyelamatan dengan memasuki Taba.
Terjadi gejolak dan pertentangan dari warga Mesir atas sikap pemerintah Mesir dalam menangani para pengungsi Zionis Israel. Pasalnya, masyarakat Mesir menilai ada ketidak Adilan dan perlakuan diskriminasi pemerintah dalam memperlakukan para pengungsi Palestina saat Israel memborbardir Ghaza.
Kepada Israel Pemerintah Mesir membuka pintu perbatasan dan memfasilitasi Kaum Zionis yang ingin terbang melalui bandara Sharm el-Sheikh ke Eropa atau tujuan lain, sementara saat warga Palestina ingin masuk Mesir, terjadi blokade bahkan dikabarkan hanya organisasi yang berafiliasi dengan Amerika saja yang bisa distribusikan bantuan ke Gaza.
Mohamed Saif Al-Dawla, pendiri Egyptians Against Zionism, membandingkan perilaku otoritas Mesir dengan situasi yang terjadi pada masa kolonial.
“Pemfasilitasan masuknya [warga] Israel ke Sinai saat ini mengingatkan kita pada sistem hak istimewa asing yang diberlakukan di Mesir di bawah pendudukan Inggris,” katanya dikutip sindonews Minggu, (23/06/2023)
Para aktivis lokal menyoroti pemerintah Mesir sebagai paradoks yang mengganggu, yakni ketika warga Palestina dikepung otoritas Mesir memblokir konvoi untuk mematahkan pengepungan, sementara warga Israel yang melarikan diri dari serangan rudal Iran disambut di hotel-hotel Sinai.
“Apakah warga Mesir menyadari bahwa warga Israel menikmati hak istimewa wisata khusus di wilayah Mesir?” tanya Al-Dawla.
“Tidak ada negara lain yang menikmati pengecualian seperti itu,” imbuhnya.
Diketahui, perjanjian bilateral dua negara tahun 1989 mengizinkan wisatawan Israel memasuki Sinai Selatan tanpa visa melalui Taba, tinggal hingga 14 hari tanpa membayar biaya masuk, dan pemeriksaan bea cukai terbatas pada pemeriksaan acak.
Saif Menambahkan, bahwa Ambisi Israel untuk menguasai Taba juga masih besar, maka perlakuan istimewa seperti yang terjadi saat ini bisa membahayakan Mesir dari segi keamanan teritorial karena bisa saja diantara mereka juga adalah bagian dari spionase Zionis Israel.
“Bahkan setelah Mesir memenangkan sengketa perbatasan Taba pada tahun 1988, kami tidak melihat adanya tinjauan nyata atas pengaturan ini. Ambisi Zionis di Sinai tidak pernah berhenti. [Mantan Perdana Menteri Israel] Menachem Begin mengatakan Israel akan kembali ke Sinai ketika tiga juta orang Yahudi siap untuk menetap di sana,” ungkapnya.
“Bahaya sebenarnya bukan hanya hak istimewa hukum, tetapi pelanggaran keamanan, spionase, dan perekrutan lunak yang terjadi di tanah kami,” Pungkas Saif.