Solusiindonesia.com – Setiap tanggal 22 Oktober, gema selawat dan takbir selalu menggema dari berbagai penjuru pesantren di Jawa Timur. Hari itu bukan sekadar peringatan seremonial — melainkan momen untuk meneguhkan kembali semangat juang para santri yang sejak masa pra-kemerdekaan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan bangsa.
Tahun ini, dalam semangat Hari Santri Nasional 2025, Pemerintah Provinsi Jawa Timur kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat sumber daya manusia berbasis pesantren. Bagi Gubernur Khofifah Indar Parawansa, pesantren bukan hanya lembaga pendidikan agama, tetapi juga pusat pembentukan karakter, moral, dan daya saing generasi muda.
“Pemprov Jatim memiliki komitmen kuat untuk memperkuat SDM berbasis pesantren. Kami ingin santri tidak hanya unggul dalam ilmu agama, tapi juga adaptif terhadap kemajuan teknologi dan tantangan global,” tegas Khofifah.
Langkah konkret itu terlihat sejak 2022, ketika Jawa Timur menjadi provinsi pertama di Indonesia yang memiliki Peraturan Daerah tentang Fasilitasi Pengembangan Pesantren, yang kemudian diperkuat dengan Peraturan Gubernur Nomor 43 Tahun 2023.
Kebijakan ini bukan hanya formalitas, tapi diwujudkan melalui kerja sama luas dengan 138 perguruan tinggi, 11 UIN, 104 PTKIS, 22 Ma’had Aly, hingga Universitas Al Azhar Kairo. Kolaborasi tersebut membuka jalan bagi santri untuk menempuh pendidikan tinggi, meneliti, dan berkontribusi di berbagai bidang keilmuan.
Hingga Agustus 2025, 6.876 kader pesantren dan diniyah telah menerima beasiswa dari Pemprov Jatim, dengan 4.168 di antaranya berhasil menamatkan studi dari sarjana hingga doktoral. Tidak hanya itu, 28 ribu hafiz-hafizah dan 78.850 imam masjid di Jawa Timur juga memperoleh tunjangan kehormatan — sebuah kebijakan yang diakui sebagai satu-satunya di Indonesia.
“Ke depan, program beasiswa akan diperluas dengan memperkuat bidang STEM — Science, Technology, Engineering, and Mathematics — agar santri mampu bersaing di era digital,” ujar Khofifah.
Sementara itu, semangat Hari Santri juga menggema di Kabupaten Malang. Dalam momen penuh makna itu, Wakil Bupati Malang menegaskan bahwa sejarah panjang kemerdekaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran para kiai dan santri.
“Kyai dan santri tidak bisa dipisahkan dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka adalah pilar spiritual dan moral bangsa,” ujarnya.
Pemkab Malang, lanjutnya, turut memberikan apresiasi kepada para santri dan pondok pesantren yang telah berperan dalam menjaga nilai-nilai keislaman dan kebangsaan, sesuai dengan kemampuan anggaran daerah.
Momentum Hari Santri 2025 menjadi refleksi bahwa perjuangan santri belum usai. Jika dahulu mereka berjuang dengan bambu runcing dan doa, kini santri berjuang dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pesantren pun kini bukan hanya tempat menimba ilmu agama, tapi juga ruang lahirnya inovasi dan peradaban baru. Di tangan para santri muda yang berpikir terbuka dan berakhlak kuat, masa depan Jawa Timur, bahkan Indonesia, tengah ditulis dengan tinta ilmu dan cahaya keimanan. (*)










