Solusiindonesia.com — Perbatasan Thailand-Kamboja tampak tenang pada Selasa, (29/07/2025)
Menyusul tercapainya kesepakatan gencatan senjata antaraThailand-Kamboja setelah lima hari bentrokan bersenjata yang menewaskan sedikitnya 38 orang dan memaksa lebih dari 300.000 warga mengungsi.
Dikutip dari Reuters, Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, menyampaikan bahwa dirinya dan Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, telah bertemu di Malaysia dan sepakat menghentikan konflik paling mematikan dalam lebih dari satu dekade.
Meski demikian, militer Thailand melaporkan adanya serangan oleh pasukan Kamboja di lima lokasi pada Selasa pagi, yang dianggap sebagai pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata. Militer Thailand disebut telah membalas secara proporsional.
Phumtham menepis kekhawatiran eskalasi konflik dan menyebut bahwa situasi tetap kondusif. Ia juga menyampaikan telah melakukan komunikasi dengan Menteri Pertahanan Kamboja menjelang pembicaraan antara komandan militer dari kedua belah pihak.
Pertemuan antar-komandan di kawasan perbatasan yang menjadi titik konflik terberat belum terlaksana karena mengalami penundaan. Hingga kini, belum ada jadwal baru yang ditentukan.
Sementara itu, lalu lintas dan aktivitas warga perlahan kembali normal di distrik Kantharalak, Provinsi Sisaket, Thailand, yang terletak sekitar 30 km dari garis depan.
Banyak warga mulai membuka kembali toko mereka setelah mendengar kabar gencatan senjata.
Kedua negara diketahui telah lama berselisih mengenai wilayah perbatasan, dan ketegangan kali ini dipicu oleh insiden terbunuhnya seorang tentara Kamboja pada akhir Mei. Konflik tersebut memicu penumpukan pasukan dan ketegangan diplomatik.
Dorongan perdamaian disebut datang dari Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, dan Presiden AS, Donald Trump. Trump bahkan memperingatkan bahwa negosiasi perdagangan dengan kedua negara tidak akan dilanjutkan jika pertempuran masih berlanjut.
Setelah kesepakatan tercapai, ia menginstruksikan tim perdagangannya untuk memulai kembali pembahasan tarif.
Menteri Keuangan Thailand, Pichai Chunhavajira, mengatakan bahwa pembicaraan perdagangan dengan AS ditargetkan rampung sebelum 1 Agustus, dan optimistis tarif 36% atas produk ekspor Thailand bisa diturunkan.










