Solusiindonesia.com — Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan tercapainya kesepakatan dagang dengan Korea Selatan, hanya beberapa hari sebelum tenggat penerapan tarif impor tinggi pada 1 Agustus 2025 untuk puluhan negara.
Kesepakatan ini menjadi bagian dari rangkaian kebijakan perdagangan terbaru yang diumumkan Trump, termasuk tarif baru terhadap Brasil dan India.
Trump, melalui unggahan di platform Truth Social pada Rabu, menyebut bahwa di bawah perjanjian yang disebutnya sebagai “lengkap dan menyeluruh”, produk asal Korea Selatan akan dikenakan tarif sebesar 15 persen, sementara ekspor dari Amerika Serikat tidak akan dibebani bea masuk. Rabu,(30/07/2025)
Pejabat dari kedua negara mengonfirmasi bahwa tarif 15 persen akan diterapkan khusus untuk kendaraan, menggantikan tarif sebelumnya yang mencapai 25 persen pada mobil dan suku cadang produksi Korea Selatan kebijakan lama yang pernah diberlakukan Trump.
Ini dianggap sebagai pencapaian bagi industri otomotif Negeri Ginseng.
Namun, Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengungkapkan bahwa kesepakatan ini tidak menyentuh tarif yang sudah ada untuk baja, aluminium, dan tembaga—sebuah kondisi yang dinilai merugikan bagi sektor baja Korea Selatan.
Dalam kesepakatan tersebut, Korea Selatan juga sepakat untuk mengalokasikan dana sebesar $350 miliar untuk investasi yang akan “dimiliki dan dikendalikan” oleh Amerika Serikat, serta melakukan pembelian gas alam cair (LNG) dan produk energi AS senilai $100 miliar.
Trump menambahkan bahwa Seoul juga akan mengucurkan dana investasi tambahan dalam waktu dekat.
“Juga disepakati bahwa Korea Selatan akan sepenuhnya TERBUKA UNTUK PERDAGANGAN dengan Amerika Serikat, dan bahwa mereka akan menerima produk Amerika termasuk Mobil dan Truk, Pertanian, dll,” tulis Trump, seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (31/07/2025)
Presiden Korea Selatan, Lee Jae-myung, yang baru menjabat sejak Juni 2025 pasca kekosongan kekuasaan akibat pemakzulan presiden sebelumnya Yoon Suk-yeol, menilai bahwa perjanjian ini telah “menghilangkan ketidakpastian” sekaligus memastikan tarif Korea Selatan setara atau lebih rendah dibanding negara pesaing.
“Kuncinya bukanlah mengejar keuntungan sepihak, melainkan mencapai hasil yang saling menguntungkan,” kata Lee melalui unggahan di Facebook, Kamis pagi (31/07/2025)
Ia juga menggambarkan investasi $350 miliar sebagai “dana” yang akan mendukung ekspansi bisnis perusahaan Korea Selatan di pasar Amerika Serikat.
Dana tersebut akan diarahkan pada sektor unggulan seperti industri perkapalan, semikonduktor, baterai, bioteknologi, dan energi.
Kabar kesepakatan ini turut mengangkat pasar saham Korea Selatan, dengan indeks KOSPI naik hampir 0,4 persen pada perdagangan awal Kamis.
Sebelum kesepakatan tercapai, Korea Selatan—mitra dagang terbesar keenam AS—terancam diberlakukan tarif 25 persen mulai 1 Agustus, di samping bea masuk untuk baja, kendaraan, dan produk terkait lainnya.
Ekspor negara itu sempat terpukul akibat kebijakan tarif sebelumnya yang dicanangkan Trump, sehingga memperburuk perekonomian mereka yang sangat bergantung pada perdagangan.
Menurut data dari Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan, ekspor mengalami kontraksi tipis 0,03 persen pada paruh pertama tahun 2025.
Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi negara tersebut hanya akan mencapai 0,8 persen tahun ini, yang menjadi level terendah sejak pandemi COVID-19 pada 2020. (*)










