Solusiindonesia.com — Tiongkok mengambil langkah diplomatik aktif dengan memfasilitasi pertemuan informal antara perwakilan Thailand dan Kamboja di Shanghai, Selasa (30/72025).
Pertemuan ini bertujuan untuk memperkuat komitmen gencatan senjata yang telah disepakati kedua negara menyusul meningkatnya ketegangan di wilayah perbatasan mereka.
Hal tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers resmi di Beijing, Rabu (31/7/2025).
Menurut Guo, konsultasi informal dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri China, Sun Weidong, sebagai respons terhadap kondisi gencatan senjata yang masih rentan.
Meskipun tidak disebutkan secara rinci siapa saja perwakilan yang hadir, baik pihak Thailand maupun Kamboja dalam pertemuan itu menegaskan kembali komitmen mereka untuk menghormati gencatan senjata serta mengapresiasi peran konstruktif China dalam menjaga stabilitas kawasan.
“China tidak memiliki kepentingan pribadi dalam konflik ini dan murni bertujuan mendukung penyelesaian politik melalui pendekatan ASEAN,” ujar Guo Jiakun.
Sejak konflik perbatasan meletus pada Mei 2025 lalu, China telah berperan aktif dalam memediasi kedua negara. Selain pertemuan informal ini, China juga menjalin komunikasi erat dengan Malaysia sebagai ketua bergilir ASEAN, serta mengirimkan perwakilan dalam pertemuan para pemimpin khusus di Kuala Lumpur.
China juga telah melakukan dua kali shuttle diplomacy melalui utusan khususnya untuk mendorong dimulainya kembali dialog damai.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi sebelumnya juga telah bertemu langsung dengan para menlu dari Thailand dan Kamboja, serta Sekjen ASEAN, dalam rangka membangun saluran komunikasi yang intensif.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja dipicu oleh sengketa wilayah perbatasan yang telah berlangsung selama beberapa dekade, terutama di sekitar Provinsi Preah Vihear (Kamboja) dan Ubon Ratchathani (Thailand). Bentrokan terakhir terjadi pada 24 Juli 2025, menyebabkan puluhan korban jiwa dan luka-luka dari kedua belah pihak.
Data terkini menyebutkan, 22 orang tewas dan 140 luka-luka di pihak Thailand, sementara 13 orang meninggal, termasuk lima tentara di pihak Kamboja. Ribuan warga sipil dari kedua negara telah dievakuasi untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.










