Scroll untuk melanjutkan berita!
Iklan di Solusiindonesia.com
Internasional

Langit Gaza Mereda, Puluhan Ribu Warga Mulai Kembali ke Rumah

×

Langit Gaza Mereda, Puluhan Ribu Warga Mulai Kembali ke Rumah

Sebarkan artikel ini
Ribuan warga Palestina kembali ke rumah mereka di Gaza utara saat perjanjian gencatan senjata mulai berlaku / foto: tangkapan layar

Solusiindonesia.com — Puluhan ribu warga Palestina yang selama ini mengungsi akibat perang di Gaza mulai bergerak kembali ke utara pada Jumat (10/10/2025).

Menuju reruntuhan tempat tinggal mereka setelah militer Israel mengumumkan bahwa gencatan senjata antara Israel dan Hamas resmi diberlakukan.

Mendengar kabar bahwa kedua pihak sepakat untuk menghentikan pertempuran, banyak warga Gaza merasakan kelegaan di tengah harapan agar pembunuhan, pengungsian, dan kehancuran segera berakhir.

Namun, rasa lega itu masih bercampur duka mendalam atas kehilangan besar yang mereka alami, serta kekhawatiran terhadap masa depan yang belum pasti.

“Kami mengemasi barang-barang kami karena mungkin akan pulang. Tapi kami masih menderita kesulitan yang sama,” ujar Jamal Mesbah, salah satu warga yang mengungsi dari Gaza utara.

“Tidak banyak kebahagiaan, tetapi gencatan senjata ini sedikit banyak telah meringankan penderitaan psikologis kami akibat kematian dan pertumpahan darah, serta penderitaan orang-orang terkasih dan kerabat kami yang sangat menderita dalam perang ini,” lanjutnya.

Gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada Jumat, sebagaimana dikonfirmasi militer Israel, hanya beberapa jam setelah Kabinet Israel menyetujui kesepakatan untuk menghentikan pertempuran dan menukar para sandera yang tersisa dengan tahanan Palestina.

Kesepakatan ini menjadi langkah penting menuju akhir dari perang dua tahun yang telah menimbulkan kehancuran besar di Gaza.

Namun, rencana jangka panjang yang diusulkan Presiden AS Donald Trump masih menyisakan banyak pertanyaan, termasuk mengenai siapa yang akan memerintah Gaza setelah perang berakhir.

Serangan Israel di Gaza, yang merupakan respons atas serangan mematikan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina dan menyebabkan kehancuran luas, pengungsian massal, serta penderitaan yang mendalam. Konflik tersebut juga memicu kelaparan di sejumlah wilayah Gaza.

Pada Jumat itu, arus pengungsi yang tak henti-hentinya terlihat memenuhi jalan pesisir di Jalur Gaza bagian tengah, sebagian besar berjalan kaki menuju utara.

Mereka membawa ransel, karung, dan barang seadanya, melewati barisan tenda yang menghadap ke laut. Sebagian lain mengendarai sepeda atau sepeda motor, sementara suara klakson dan kendaraan yang berusaha menembus kerumunan terdengar di sepanjang jalan.

Ala Khandour, salah satu pengungsi, mengaku tak lagi memiliki rumah untuk kembali, namun tetap ingin menuju utara.

“Saya ingin pergi dan mencari tempat berlindung bersama anak-anak saya,” ujarnya. “Kami ingin kembali dan mencari tempat di sekolah atau kamp untuk tinggal di sana.”

Sebagian warga mengaku ragu-ragu untuk pulang, khawatir rumah mereka telah hancur atau kondisi keamanan belum sepenuhnya pulih.

“Saya akan menunggu di Khan Younis sampai saya yakin semuanya aman bagi saya dan keluarga,” kata Rana Saleh, yang meninggalkan rumahnya pada bulan September.

Sementara itu, Mahmoud Sharkawy, pengungsi dari Kota Gaza yang kini berada di kamp Nuseirat, juga memilih menunggu.

“Saya berencana kembali ke Kota Gaza, tapi tidak sekarang,” katanya. “Saya akan menunggu beberapa hari untuk memastikan keadaan aman untuk kembali.”

Perang ini bermula ketika militan yang dipimpin Hamas menyerbu wilayah Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya.

Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Gaza yang hingga kini telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina dan melukai hampir 170.000 orang, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.

Lembaga tersebut tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan, tetapi menyebut sekitar separuh korban jiwa adalah perempuan dan anak-anak. Meski berada di bawah pemerintahan Hamas, angka-angka yang dirilis kementerian itu diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan banyak pakar independen sebagai perkiraan paling kredibel mengenai korban jiwa di Gaza sepanjang perang ini.

Image Slide 1
Instagram Solusiindonesia