Solusiindonesia.com — Presiden AS, Donload Trump meningkatkan upaya nya untuk mencari jalan keluar dari konflik Ukraina
Donald Trump mengumumkan rencana pertemuan kedua dengan presiden Rusia Vladimir Putin yang akan digelar sebelum pertemuannya dengan Presiden Ukrains Volodymyr Zelenskyy di Gedung Putih.
Pengumuman ini disampaikan Trump setelah melakukan pembicaraan telepon dengan Putin pada Kamis (16/10/2025)
Mengutip dari AP News, Meskipun tanggalnya belum dipastikan, Trump menyebut pertemuan akan berlangsung di Budapest, Hongaria, dalam dua minggu mendatang.
“Saya yakin telah terjadi kemajuan besar dalam percakapan telepon hari ini,” tulis Trump di media sosial.
Sebelumnya, keduanya bertatap muka di Alaska pada Agustus lalu, namun pertemuan tersebut gagal menghasilkan terobosan diplomatik yang diharapkan Trump untuk mendorong solusi cepat atas perang yang telah berlangsung hampir empat tahun.
Dari pihak Moskow, penasihat urusan luar negeri Putin, Yuri Ushakov, menyebut bahwa Putinlah yang menginisiasi percakapan tersebut.
Ia menggambarkan isi pembicaraan sebagai “sangat jujur dan penuh kepercayaan,” sekaligus memperingatkan bahwa rencana penjualan rudal jarak jauh Tomahawk ke Ukraina dapat “menimbulkan kerusakan signifikan pada hubungan kedua negara.”
Sementara itu, Trump dijadwalkan bertemu Zelenskyy pada Jumat. Pemimpin Ukraina tersebut tengah melobi agar Washington menyetujui pengiriman senjata jarak jauh, dengan keyakinan bahwa kemampuan menyerang lebih dalam ke wilayah Rusia akan mendorong Putin untuk lebih serius dalam negosiasi damai.
Trump sebelumnya menyatakan bahwa Amerika Serikat memiliki stok rudal yang cukup, namun dalam pernyataannya Kamis, ia mengisyaratkan keterbatasan persediaan.
“Kita punya banyak, tapi kita membutuhkannya,” katanya. “Maksud saya, kita tidak bisa menghabiskannya untuk negara kita.”
Fokus baru Trump terhadap konflik Ukraina datang setelah ia berhasil menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza sebuah keberhasilan diplomatik yang dirayakan lewat kunjungan singkatnya ke Israel dan Mesir pada awal pekan ini.
Isu penyelesaian konflik di Ukraina dan Gaza telah menjadi inti kampanye politik Trump selama satu tahun terakhir.
Ia berulang kali mengkritik Presiden Joe Biden atas pendekatannya dalam kedua krisis tersebut. Namun, meskipun ada kemajuan di Gaza, Trump masih kesulitan meyakinkan Putin untuk membuka jalur dialog langsung dengan Zelenskyy.
Dalam pidatonya di Knesset, Yerusalem, awal pekan ini, Trump menyebut bahwa gencatan senjata di Gaza dapat menjadi landasan bagi normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara tetangganya. Ia juga menegaskan bahwa konflik Ukraina tetap menjadi prioritas utama kebijakan luar negerinya.
“Pertama-tama kita harus menyelesaikan urusan Rusia,” kata Trump kepada utusan khususnya, Steve Witkoff. “Kita harus menyelesaikan urusan itu. Kalau kau tidak keberatan, Steve, mari kita fokus pada Rusia dulu. Oke?”
Pertemuan dengan Zelenskyy pada Jumat akan menjadi tatap muka keempat mereka di tahun 2025. Setelah hubungan awal yang sempat tegang, komunikasi keduanya kini diklaim lebih terbuka.
Trump mengonfirmasi bahwa penjualan rudal Tomahawk ke Kyiv masih dalam pertimbangan. Putin sebelumnya telah memperingatkan bahwa langkah tersebut dapat memperburuk hubungan Washington Moskow.
Menurut Mark Montgomery, analis dari Foundation for Defense of Democracies, kendati penjualan Tomahawk akan berdampak besar secara politis, Ukraina justru akan lebih terbantu dalam waktu dekat oleh peningkatan suplai rudal ERAM dan ATACMS.
Tomahawk memiliki jangkauan sekitar 995 mil (1.600 km), jauh melampaui jangkauan ERAM (460 km) dan ATACMS (300 km). Namun Montgomery menilai ERAM bisa memberikan efek langsung di medan tempur.
“Memberikan Tomahawk merupakan keputusan politik sekaligus militer,” ujarnya. “ERAM memiliki jangkauan yang lebih pendek, tetapi ini dapat membantu mereka menekan Rusia secara operasional, logistik, komando dan kendali, serta penyebaran pasukannya dalam radius beberapa ratus kilometer dari garis depan. Ini bisa sangat efektif.”










