Scroll untuk melanjutkan berita!
Iklan di Solusiindonesia.com
Malang Raya

Gus Arief Setiawan: Dari Anak Jalanan, Menjadi Pembina Majelis Taklim dan Pengusaha Mandiri

×

Gus Arief Setiawan: Dari Anak Jalanan, Menjadi Pembina Majelis Taklim dan Pengusaha Mandiri

Sebarkan artikel ini
Dari kiri ke kanan: Gus Arif, KH Ali Mas'ud, Almarhum Habis Hasan / solusiindonesia.com

Solusiindonesia.com – Tidak semua orang mampu menjadikan masa lalu sebagai bahan bakar perubahan. Namun, Arief Setiawan—yang akrab disapa Gus Arief—berhasil menjadikan keterbatasan sebagai pijakan untuk bangkit dan memberi manfaat.

Lahir dari latar belakang yang sederhana dan pernah menjalani kehidupan sebagai anak jalanan, Gus Arief kini menjadi pembina sejumlah majelis taklim serta seorang pengusaha yang bergerak di bidang distribusi aluminium dan proyek konstruksi.

Salah satu majelis yang dibina Gus Arief adalah Majelis Atoyibah, yang awalnya bernama Majelis Mbeti’. Majelis ini bermula dari sekelompok orang yang disebutnya sebagai kaum marginal—mereka yang ingin berhijrah dan memperbaiki diri.

“Awalnya kami menyebutnya Mbeti’, lalu diganti oleh guru kami, Ustadz Ali Mas’ud, menjadi Atoyibah yang bermakna bahasa Jawa “cek gak Mbeti” atau biar tidak nakal,” ungkap Gus Arief. Rabu (11/6/2025).

Kegiatan utama majelis ini dilaksanakan setiap Rabu malam di kawasan Kepuh gang Sembilan, nomor 7K, dan dihadiri oleh sekitar 30–40 jamaah tetap. Pada momen-momen khusus, jumlah peserta bisa membeludak hingga lebih dari 100 orang.

“Yang hadir bisa berubah-ubah, tapi Alhamdulillah, yang militan selalu ada. Ini bukan hanya majelis pengajian, tapi ruang bertumbuh bagi orang-orang yang ingin memperbaiki diri,” imbuhnya.

Selain itu Gus Arief juga meneruskan kegiatan rutin dari mertuanya berupa istighotsah dan taklim pada Senin malam, yang diadakan ditempat yang sama. Meskipun jamaahnya tidak sebanyak dahulu, kegiatan ini tetap berjalan secara konsisten.

Selain itu, beliau juga terlibat dalam berbagai majelis lain seperti Majelis Dzikir, Majelis Shalawat, serta pengajian-pengajian kitab klasik seperti Safinatun Najah dan Wasiatul Musthofa yang diasuh oleh para guru di kawasan Malang.

“Majelis dzikir biasanya untuk mereka yang sudah merasa nyaman dan telah menemukan buah dari proses dzikir itu sendiri. Sementara majelis shalawat, saya anggap sebagai media ‘entertaining spiritual’ untuk menarik yang baru mengenal majelis,” jelasnya dengan senyum.

Selain berdakwah, Gus Arief menjalankan usaha distribusi aluminium dan proyek bangunan dengan bendera perusahaan miliknya sendiri. Meskipun menolak masuk ke ranah proyek pemerintah, ia fokus pada klien-klien swasta dan pengguna langsung, terutama di kawasan Malang Raya.

Prinsip hidup yang ia pegang sederhana namun mendalam: ingin menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Ia menyebut dirinya sebagai pribadi yang mudah terbawa suasana—latah, menurut istilahnya sendiri—namun ia memilih untuk menciptakan suasana yang positif agar ketertarikannya membawa ke arah yang baik.

“Awalnya saya bikin kegiatan ini karena merasa lemah dan malas. Saya tahu diri tidak akan bisa seperti orang-orang kuat itu. Maka saya bikin lingkungan yang mendukung untuk tetap semangat, dengan teman-teman yang saling menguatkan,” ucapnya merendah.

Dalam waktu dekat, Gus Arief bersama rekan-rekannya akan menggelar refleksi Zulhijjah dan pertunjukan wayang sebagai media dakwah. Acara ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual dan kesungguhan generasi terdahulu.

“Dulu, meski keilmuan terbatas, orang-orang tua kita memiliki ketulusan hati yang luar biasa. Doanya mustajab karena sungguh-sungguh. Sekarang, keilmuan banyak, tapi kadang tanpa penghayatan. Maka, lewat acara seperti ini kami ingin menggugah kembali semangat itu,” terang Gus Arief.

Dengan ketulusan dan semangat perubahan, Gus Arief membuktikan bahwa dakwah tidak harus selalu di podium atau mimbar. Ia merangkul yang terpinggirkan, menyapa lewat majelis, dan berdakwah dengan laku. (*)

slide 1
selaras 1 Muharam
1 Muharam
Image Slide 1
Image Slide 2
selaras 1 Muharam
1 Muharam