Solusiindonesia.com – Sebanyak 30 ekor tukik (anak penyu) berhasil dilepasliarkan ke habitat aslinya di kawasan pesisir Pantai Tanjung Penyu, Kabupaten Malang, Minggu (15/6/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen besar para pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, kelompok tani hutan, hingga komunitas konservasi, dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir sekaligus mendukung pengembangan ekowisata berbasis konservasi.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur, Dr. Ir. Jumadi, M.MT., dalam sambutannya menyatakan bahwa pelestarian lingkungan bukan sekadar tugas teknis, melainkan bagian dari upaya menjaga “equilibrium” atau keseimbangan alam. Ia mengapresiasi peran aktif masyarakat serta kelompok tani hutan yang secara nyata telah menjadi garda terdepan dalam upaya konservasi di kawasan hutan sosial.
“Kita berharap kegiatan seperti ini tidak hanya menjadi momentum sesaat, tapi menjadi bagian dari arsitektur pengelolaan kehutanan yang berkelanjutan. Kawasan Tanjung Penyu sudah menunjukkan potensi besar, bukan hanya secara ekologis, tapi juga dalam mendukung peningkatan ekonomi daerah melalui ekowisata yang berbasis konservasi,” ujar Jumadi.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara Perhutanan Sosial, Balai Konservasi, pelaku ekowisata, dan masyarakat lokal. Menurutnya, wilayah pesisir selatan Jawa Timur, seperti Malang dan Trenggalek, menyimpan potensi luar biasa sebagai habitat alami penyu, yang notabene termasuk salah satu dari lima spesies penyu langka di dunia.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Harapan Pertiwi, Purnadi, melaporkan bahwa tukik yang dilepasliarkan hari itu merupakan hasil dari upaya konservasi telur penyu sisik yang ditemukan pada 29 Januari 2025 lalu. Sebanyak 104 butir telur diamankan dan ditetaskan dengan dukungan kader konservasi serta Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur.
“Dari jumlah tersebut, berhasil menetas 96 tukik, dan hari ini kami lepasliarkan sebanyak 30 ekor. Sisanya akan kami rilis bertahap. Ini adalah bentuk nyata komitmen kami dalam menjaga keberlangsungan spesies penyu dan ekosistem pesisir,” ungkap Purnadi.
Purnadi juga menyampaikan terima kasih kepada Dinas Kehutanan Provinsi, BBKSDA Jawa Timur, serta mitra usaha seperti Petik Madu yang telah memberikan dukungan teknis dan pendanaan. Ia menambahkan bahwa pelestarian kawasan pesisir merupakan bagian dari penghidupan masyarakat sekitar, mulai dari hasil hutan bukan kayu, perikanan tradisional, hingga potensi ekowisata.
“Melindungi habitat penyu berarti juga menjaga rantai makanan, keanekaragaman hayati, dan memastikan generasi mendatang masih bisa menikmati sumber daya alam. Harapan kami, ini bisa menjadi inspirasi bagi kelompok tani hutan lainnya di wilayah pesisir,” pungkasnya.
Kegiatan pelepasliaran tukik ini sekaligus menandai sinergi berkelanjutan antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku konservasi untuk membangun masa depan lingkungan yang lestari dan sejahtera.