Solusiindonesia.com – Suasana akrab dan penuh kehangatan menyelimuti pertemuan antara Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dan Gubernur Maluku Utara, Sherly, yang berlangsung di kediaman pribadi Gubernur Dedi di kawasan Lembur Pakuan, Purwakarta, Jawa Barat. Minggu (8/6/2025).
Dalam pertemuan santai namun sarat makna ini, kedua pemimpin daerah berdiskusi mengenai berbagai isu strategis, mulai dari dinamika kepemimpinan, persoalan sosial, hingga pengembangan ekonomi lokal berbasis potensi daerah.
Gubernur Dedi membuka perbincangan dengan berbagi pengalaman kesehariannya yang dimulai sejak pukul 04.00 pagi, termasuk agenda kerja di Bandung dan penanganan kasus seorang anak berusia 13 tahun yang terlibat pencurian kendaraan.
Ia menjelaskan pendekatan humanis yang diambil pemerintah provinsi, dengan membawa anak tersebut dan keluarganya ke rumah dinas guna mendapatkan pembinaan psikologis dan sosial. Saat ini, sebanyak 23 anak tinggal di lingkungan rumah dinas Gubernur Jawa Barat dan mengikuti program pembelajaran langsung sebagai bagian dari upaya rehabilitasi.
“Masalah anak bukan hanya pada si anak, tapi sering kali berakar dari pola asuh dan kondisi keluarga. Maka kita bina seluruh ekosistemnya,” ujar Dedi.
Mendengar kisah tersebut, Gubernur Sherly menyampaikan apresiasi dan kekagumannya terhadap pendekatan yang dijalankan. Ia menilai cara Dedi menangani isu sosial sangat menyentuh akar permasalahan dan relevan untuk diterapkan di berbagai daerah lain.
“Saya banyak belajar dari cara Kang Dedi menyentuh masyarakat. Jawa Barat itu sangat kompleks, ibarat setengah Indonesia. Sementara kami di Maluku Utara hanya memiliki satu kabupaten,” ucap Sherly diselingi tawa ringan.
Tak hanya isu sosial, diskusi juga menyinggung strategi pemberdayaan desa melalui promosi budaya dan kuliner lokal. Dedi menceritakan transformasi kawasan yang dulunya sepi menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi setiap akhir pekan. Salah satu dampaknya, menurut Dedi, adalah peningkatan pendapatan pelaku UMKM secara signifikan, termasuk seorang pedagang sate yang mampu meraup omzet hingga Rp150 juta per hari.
“Semua ini kita bangun secara mandiri, tanpa bergantung pada APBD. Tujuannya agar desa tetap tertib, asri, dan memberi manfaat langsung bagi warganya,” tegasnya.
Topik lain yang turut dibahas mencakup strategi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tantangan fiskal akibat insentif kendaraan listrik, hingga kebijakan pengalokasian dana provinsi yang berbasis pada komitmen pembangunan infrastruktur.
Dedi menegaskan pentingnya transparansi dalam pemerintahan, termasuk keberanian untuk mengumumkan kepala daerah yang tidak menjalankan kesepakatan pembangunan kepada publik.
“Kalau kepala daerah tidak patuh, saya umumkan ke publik. Ini soal akuntabilitas. Rakyat berhak tahu siapa yang benar-benar bekerja,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Sherly menyampaikan bahwa kunjungannya ke Jawa Barat memberikan perspektif baru. Ia merasa lebih memahami bagaimana kepemimpinan yang berpihak kepada rakyat dijalankan dalam praktik.
“Kunjungan ini berbeda dari yang lain. Di sini saya tidak hanya melihat, tapi merasakan langsung bagaimana Kang Dedi membangun kepercayaan publik melalui tindakan nyata,” ungkapnya.
Pertemuan antara dua kepala daerah ini ditutup dengan komitmen untuk memperkuat kolaborasi antardaerah serta mendorong inovasi berbasis potensi lokal sebagai fondasi pembangunan nasional. Keduanya sepakat bahwa keberanian, keterbukaan, dan keberpihakan kepada rakyat merupakan kunci kepemimpinan yang efektif di era saat ini.