Solusiindonesia.com — Israel Defense Forces menerapkan pembatasan baru terhadap bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza. Langkah ini memperburuk situasi kemanusiaan di wilayah yang sudah lama terkepung tersebut.
Mengutip dari Al Jazeera Selain itu, Israel juga membatalkan rencana pembukaan penyeberangan Rafah. Di saat yang sama, pasukan Israel menewaskan sedikitnya sembilan warga Palestina di beberapa titik di Gaza, di tengah tekanan besar terhadap gencatan senjata dengan Hamas.
Israel telah menyampaikan kepada United Nations pada Selasa(14/10/2025)bahwa jumlah truk bantuan yang diizinkan masuk akan dibatasi hanya 300 unit per hari, atau setengah dari jumlah yang sebelumnya disetujui, mulai Rabu (15/10/2025)
Olga Cherevko, juru bicara United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) di Gaza, mengonfirmasi penerimaan pemberitahuan tersebut dari Koordinasi Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT), unit militer Israel yang mengatur arus bantuan ke Gaza.
Dalam catatannya, COGAT menegaskan bahwa bahan bakar dan gas tidak akan diperbolehkan masuk kecuali untuk keperluan kemanusiaan yang sangat mendesak.
Dari Kota Gaza, jurnalis Hani Mahmoud dari Al Jazeera menilai jumlah 300 truk per hari “tidak cukup” untuk memenuhi kebutuhan warga yang dilanda kelaparan.
“Tiga ratus saja tidak cukup. Itu tidak akan mengubah apa pun,” katanya.
Otoritas Israel juga mengumumkan bahwa perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir akan tetap ditutup. Pembatasan ini diberlakukan beberapa jam setelah pasukan Israel melancarkan serangan yang menewaskan sedikitnya sembilan warga Palestina di Gaza utara dan selatan, berdasarkan keterangan sumber medis.
Enam korban dilaporkan tewas di Kota Gaza, sementara tiga lainnya di Khan Younis. Rumah Sakit al-Ahli Arab menyebutkan bahwa lima warga Palestina tewas dalam serangan di lingkungan Shujayea.
Militer Israel mengklaim serangan itu dilakukan untuk menanggapi “ancaman” dari sekelompok orang yang mendekati pasukannya di utara Gaza.
Serangan ini terjadi empat hari setelah dimulainya gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang membuka jalan bagi pertukaran tahanan serta penarikan sebagian pasukan Israel.
Gencatan senjata tersebut merupakan tahap awal dari rencana perdamaian yang digagas oleh Donald Trump.
Sejak Oktober 2023, perang ini telah menewaskan sedikitnya 67.913 orang dan melukai 170.134 orang di Gaza, menurut data otoritas kesehatan Palestina. Ribuan korban lainnya diperkirakan masih tertimbun puing. Sementara itu, di Israel, sedikitnya 1.139 orang tewas akibat serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 orang ditawan.
PBB dan International Committee of the Red Cross menyerukan agar semua penyeberangan ke Gaza dibuka untuk mempercepat penyaluran bantuan. “PBB memiliki 190.000 metrik ton bantuan yang siap dikirim ke Gaza,” ujar juru bicara OCHA, Jens Laerke.
Juru bicara UNICEF, Ricardo Pires, menyebut lembaganya telah menyiapkan 1.370 truk bantuan untuk dikirim.
“Tingkat kerusakannya, sekali lagi, begitu besar sehingga dibutuhkan setidaknya 600 truk per hari, yang merupakan target kami,” ujarnya. “Kami masih jauh dari itu.”
Sementara itu, World Health Organization (WHO) juga mendesak peningkatan suplai medis untuk rumah sakit yang berada di ambang kolaps.
“Kita perlu meningkatkan pengiriman pasokan medis karena tekanan pada rumah sakit tidak akan mereda dalam semalam,” kata juru bicara WHO, Tarik Jasarevic.
“Kita benar-benar perlu membawa sebanyak mungkin persediaan saat ini untuk memastikan para tenaga kesehatan yang masih memberikan layanan kesehatan memiliki apa yang mereka butuhkan,” lanjutnya.










