Scroll untuk melanjutkan berita!
Iklan di Solusiindonesia.com
Khazanah

KH. Ahmad Muhyiddin: Membumikan Spiritualitas Islam Lewat Pesantren Sido Mukti Darussalam

×

KH. Ahmad Muhyiddin: Membumikan Spiritualitas Islam Lewat Pesantren Sido Mukti Darussalam

Sebarkan artikel ini
KH. Ahmad Muhyiddin pengasuh Pondok Pesantren Sido Mukti Darussalam Desa Ternyang Sumberpucung Malang / solusiindonesia

Solusiindonesia.com — Dalam sunyi desa Ternyang, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, berdiri sebuah pesantren yang kian hari semakin hidup oleh denyut spiritual dan keilmuan Islam. Pondok Pesantren Sido Mukti Darussalam, demikian namanya. Di balik aktivitas keagamaannya yang kian berkembang, ada sosok bersahaja namun penuh wibawa: KH. Ahmad Muhyiddin, yang akrab disapa Gus Din.

KH. Ahmad Muhyiddin tidak sekadar menjadi pengasuh. Beliau adalah ruh dari pesantren tersebut—pemimpin spiritual yang menjadi tumpuan harapan masyarakat sekitar akan hadirnya pendidikan Islam yang istiqamah dan mendalam.

Cikal bakal Pondok Pesantren Sido Mukti Darussalam bermula dari permintaan seorang tokoh masyarakat setempat, Bapak Abdul Haris, yang juga merupakan salah satu takmir Masjid di Dusun Ternyang Barat. Sekitar akhir tahun 2011 hingga awal 2012, beliau menyampaikan kerinduannya pada hadirnya kegiatan ngaji yang terstruktur dan istiqamah di lingkungannya.

“Masyarakat sebenarnya sudah ada kegiatan mengaji, tetapi masih sangat terbatas dan belum terorganisasi dengan baik. Dari situlah muncul gagasan untuk membentuk pesantren sebagai wadah pembinaan keagamaan yang lebih menyeluruh,” tutur Gus Din.

Menyadari kebutuhan masyarakat akan pendampingan spiritual, Gus Din pun menyambut ajakan tersebut. Dengan niat tulus dan tekad kuat, beliau mulai merintis kegiatan keagamaan yang kini berkembang menjadi Pondok Pesantren Sido Mukti Darussalam.

Pesantren ini kini menampung dua jenis santri: santri menetap (mukim) dan santri kalong—istilah khas untuk santri non-mukim yang datang hanya untuk mengikuti pengajian dan kembali pulang ke rumah masing-masing.

Santri mukim saat ini berjumlah sekitar 50 orang. Mereka tinggal di lingkungan pondok dan mengikuti pembelajaran secara intensif. Sementara itu, jumlah santri kalong justru jauh lebih banyak dan berasal dari berbagai penjuru desa bahkan luar wilayah, seperti dari Kacuk, Gunungkawi, Singosari, Tumpakrejo, Kalipare, hingga Gondanglegi.

“Santri kalong ini justru menjadi kekuatan tersembunyi pondok. Mereka datang dengan semangat, pulang membawa cahaya ilmu. Ini membuktikan bahwa pesantren menjadi magnet spiritual yang menjangkau lebih luas dari sekadar radius geografis,” ungkap Gus Din.

Pesantren Sido Mukti Darussalam mengusung konsep pembinaan dua dimensi: pikir dan zikir. Di ranah keilmuan, santri diajarkan dasar-dasar fikih menggunakan kitab Sulam Safinah dan hadis melalui Muqtarul Ahaditsi An-Nabawiyyah—sebuah ringkasan dari enam kitab induk hadis.

Sementara untuk dimensi spiritual, kegiatan wirid dan zikir menjadi pilar penting. Santri dibina dengan dzikir Mujahadatul Mustaghfirin, Ratib al-Haddad, Sholawat Nariyah, Maulid Diba’, hingga pembacaan Manakib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.

“Zikir bukan sekadar ritual, melainkan cara membersihkan hati dan mengokohkan batin. Sedangkan ilmu fikih menjadi panduan agar ibadah dijalankan dengan benar dan penuh kesadaran,” jelas Gus Din.

Di tengah arus modernisasi yang kerap menjauhkan generasi muda dari nilai-nilai spiritual, kehadiran pesantren seperti Sido Mukti Darussalam menjadi oase. KH. Ahmad Muhyiddin dengan keteladanan dan kelembutannya, berhasil menjadikan pesantren sebagai tempat pembinaan akhlak, ilmu, dan spiritualitas.

Alhamdulillah, kehadiran beliau dan pesantrennya membawa warna baru dalam kehidupan masyarakat Desa Ternyang dan sekitarnya.

Dengan semangat kebersamaan, Pesantren Sido Mukti Darussalam terus tumbuh, menjadi mercusuar ilmu dan cahaya keimanan di Malang Selatan.

slide 1
selaras 1 Muharam
1 Muharam
Image Slide 1
Image Slide 2
selaras 1 Muharam
1 Muharam