Solusiindonesia.com — DPD HPI Jatim memberikan apresiasi kepada DPD Asosiasi Experimental Learning Indonesia (AELI) Jawa Timur atas inisiasi untuk penyelenggaraan workshop K3 Umum bagi para anggotanya di lantai 5, Malang Creative Center (MCC) pada Sabtu, (28/06/2025).
Acara yang diikuti oleh para pelaku wisata baik dari Fasilitator Expremental Learning, Trainer, Outbounder, Pelatih, Mahasiswa, SDM usaha pariwisata, TL, dan Pemandu Wisata tersebut menghadirkan narasumber yang expert di bidangnya.
Budi Abdullah Pengurus DPD Himpunan Pramu Wisata Indonesia (HPI) Jatim sangat mengapresiasi kegiatan tersebut di tengah wisata Indonesia dalam sorotan dunia karena kejadian di Gunung Rinjani.
Menurut Budi, bagi pelaku wisata khususnya yang berkegiatan diluar ruangan sangat penting memahami tentang implementasi K3 sehingga mengurangi resiko.
“Workshop seperti ini sangat bermanfaat karena memberikan sebuah pencerahan bagaimana seharusnya pelaku wisata terutama yang beraktivitas di luar ruangan mendapatkan materi K3,” ungkap Budi
Lebih lanjut Budi mengatakan, bahwa sebagai pelaku wisata khususnya Pemandu Wisata setidaknya bisa mengenali dan mengidentifikasi dan mengkategorikan bahaya, sehingga keselamatan bagi sang pemandu, atau tamu sendiri tetap terjaga.
“ternyata penilaian risiko itu ada 3 yang kita sebut dengan low risk medium risk sama high risk,” terang Budi.
Budi juga mengatakan bahwa pihaknya secara lembaga telah banyak mengedukasi anggota HPI bahkan sudah ada pembicaraan serius dengan pihak berwenang untuk sertifikasi K3 sebagai bagian dari kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pemandu wisata.
“Kebetulan kita sudah komunikasi dengan pak Danar Wakil Pengawasan Tenaga Kerja Provinsi Jatim tentang program sertifikasi ini, dan beliau siap untuk bekerjasama dan memfasilitasi semua anggota HPI Jatim dalam sertifikasi K3 Umum,” jelasnya.
Ditanya terkait kecelakaan yang terjadi di Gunung Rinjani, Budi yang menjabat di posisi Diklat & Litbang DPD HPI Jatim ini mengatakan bahwa kesiapan dan kemampuan mengenali Medan dalam menaiki gunung setinggi Rinjani, atau setara Semeru itu diperlukan effort yang sangat tinggi. Karena cuaca, kecuraman dan berbagai analisa bahaya lainnya tentu berbeda dengan beberapa destinasi wisata lainnya.
Namun demikian, Abdullah berharap musibah itu menjadi pelajaran berharga bagi para pelaku wisata sehingga kedepan kejadian serupa tidak terulang lagi.
“Semoga kejadian kemarin menjadi pelajaran bagi para pelaku wisata, makanya pemebekalaan K3 ini sangat penting. Semua ada hikmahnya,” pungkas Budi.
Sementara itu melalui saluran WhatsApp, Danar Rahadian pengawas ketenangan kerjaan, spesialis K3 Lingkungan Kerja, sampaikan Apresiasi dan selamat kepada AELI atas terlaksananya Workshop K3 Umum tersebut.
Danar juga merasa bangga dan tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanya karena bisa terhubung dengan DPD HPI Jatim yang juga sangat perduli dengan K3, sehinggaia berharap kegiatan workshop serupa bisa dilaksanakan kembali.
“Saya sangat respek sekali, berbahagia dan respek dengan kegiatan workshop yang diadakan oleh AELI di MCC Malang, apalagi saya juga nggak nyangka kalau dari HPI, Himpunan Pramu Wisata Indonesia juga ternyata peduli K3, harapan saya kegiatan tersebut bisa dilaksanakan lagi dengan variabel-variabel yang berbeda sehingga bisa menambah bekal K3 dalam dunia kerja pariwisata,” ungkap Danar.
“Sukses untuk teman-teman HPI semuanya, salam hormat dari saya, khusus HPI, Aili, dan HPI, salam hormat dari saya. Sampai ketemu di ranah workshop berikutnya. Terima kasih, sukses semuanya,” pungkasnya
Diketahui sebelumnya bahwa seorang wisatawan asal Brazil bernama Juliana meninggal dunia setelah terjatuh di gunung Rinjani.
Juliana Merins ditemukan jatuh ke jurang dan dapat dievakuasi oleh tim SAR 3 hari kemudian karena terjalnya Medan dan cuaca ekstrim di lokasi kejadian.
Jenazah Juliana akhirnya dipulangkan ke negara asalnya setelah dilakukan autopsi dan dinyatakan dokter hanya mampu bertahan 20 menit pasca jatuhnya untuk hidup karena benturan benda tajam dan merusak organ dalam saat terjatuh ke jurang Gunung Rinjani. (*)