Scroll untuk melanjutkan berita!
Iklan di Solusiindonesia.com
Pendidikan

Tragedi Mei 1998: Menziarahi Masa Lalu untuk Menatap Masa Depan

×

Tragedi Mei 1998: Menziarahi Masa Lalu untuk Menatap Masa Depan

Sebarkan artikel ini
Tragedi 1998, para perusuh membakar perabot kantor di jalanan Jakarta / foto: wikipedia

Solusiindonesia.com — Tragedi Mei 1998 bukan sekadar peristiwa kerusuhan besar yang mengguncang Indonesia. Ia adalah momen kritis dalam perjalanan sejarah bangsa yang menandai runtuhnya rezim Orde Baru dan kelahiran era Reformasi.

Tragedi Mei 1998 lebih dari sekadar perubahan politik, peristiwa ini menyisakan luka kemanusiaan yang dalam sebuah bab sejarah yang harus dipahami dan diingat sebagai bagian dari pendidikan kebangsaan kita.

Krisis Ekonomi dan Ledakan Sosial

Kerusuhan besar pada 13—15 Mei 1998 bermula dari krisis moneter yang menghantam Indonesia sejak pertengahan 1997. Nilai rupiah terjun bebas, harga kebutuhan pokok melonjak tajam, pengangguran meningkat drastis.

Situasi ini memicu ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama lebih dari 30 tahun.

Di tengah kondisi sosial yang memanas, protes mahasiswa yang menuntut reformasi politik terus bergulir. Demonstrasi besar terjadi di berbagai kota, dengan pusat perlawanan muncul dari kampus-kampus.

Namun, di luar gerakan damai ini, pecahlah kerusuhan massal yang tak terkendali di Jakarta, Solo, Medan, dan beberapa kota lain.

Tragedi ini menewaskan lebih dari 1.000 orang, sebagian besar akibat kebakaran gedung dan penjarahan.Yang paling menyayat, muncul laporan kekerasan seksual sistematis terhadap perempuan, terutama dari etnis Tionghoa.

Puluhan perempuan menjadi korban pemerkosaan brutal, sebagian bahkan mengalami penyiksaan fisik dan psikis yang parah. Hingga kini, banyak di antaranya yang tak pernah mendapatkan keadilan.

Komnas Perempuan mencatat bahwa tragedi ini adalah salah satu pelanggaran HAM berat dalam sejarah Indonesia modern. Namun, kejelasan hukum dan pengakuan resmi negara atas para korban masih menjadi perjuangan panjang.

Tragedi Mei 1998 bukan hanya catatan sejarah, melainkan pelajaran penting bagi generasi muda tentang arti keadilan, keberagaman, dan demokrasi.

Peristiwa ini mengajarkan pentingnya menjaga nilai-nilai toleransi dan menolak segala bentuk diskriminasi, baik di lingkungan sosial maupun institusi negara.

Sebagai bagian dari pendidikan sejarah dan kewarganegaraan, tragedi ini perlu terus dikenang dan dipelajari secara kritis.

Bukan untuk membuka luka lama, tetapi untuk memastikan bahwa kekerasan dan pelanggaran HAM serupa tidak pernah terulang kembali di masa depan.

Tragedi Mei 1998 adalah luka sejarah, Tapi dari luka itu kita bisa belajar tentang harapan Tentang pentingnya berdiri untuk keadilan, bahkan ketika gelombang ketidakadilan begitu besar.(*)

Image Slide 1
Instagram Solusiindonesia