Solusiindonesia.com — Rumah produksi PT Sandika Widya Cinema, akhirnya memberikan penjelasan resmi setelah tayangan Ekspose Uncensored Senin 13 Oktober 2025, di Trans7 menuai kecaman luas dari publik dan kalangan pesantren
Direktur personalia PT Shandika Widya Cinema, Sigit wahyana, menyampaikan permintaan maaf terbuka sekaligus mengumumkan penghentian kegiatan operasional perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab moral
Pernyataan itu disampaikan melalui unggahan di akun Instagram resmi @shandhikaph pada Senin, 20 Oktober 2025.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya Sigit Wahyana (Direktur Personalia PT. Shandhika Widya Cinema). Berkaitan dengan tayangan Xpose Uncensored edisi Senin, 13 Oktober 2025, (kami) menyatakan memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Kiai, kepada Nyai, kepada para santri yang visualnya ada dalam materi tersebut,” kata Sigit dalam video yang diunggah di akun tersebut.
Sigit juga menegaskan bahwa permintaan maaf tersebut ditujukan untuk seluruh santri di Indonesia, pengurus besar Nahdlatul Ulama (NU), serta secara khusus kepada alumni Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri yang disebut dalam tayangan tersebut.
Sebagai langkah tindak lanjut, perusahaan memastikan bahwa seluruh pihak yang terlibat dalam produksi episode itu telah diberhentikan.
“Dan sebagai pertanggungjawaban atas kekeliruan, kesalahan, yang kemudian menimbulkan kegaduhan di masyarakat luas dan sekaligus telah diputusnya kerja sama kontrak dengan pihak stasiun TV, maka sejak 14 Oktober 2025, kami memberhentikan seluruh aktivitas perusahaan,” ujarnya.
Sementara itu, pihak Trans7 dan Detik Network telah menemui perwakilan Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri pada Rabu, 15 Oktober 2025, untuk menyampaikan permohonan maaf secara langsung.
Dalam pertemuan tersebut hadir Direktur Produksi Trans7 Andi Chairil, CEO Detik Network Abdul Aziz, serta Kepala Divisi HRD Trans7 Antonius Refijanto. Pertemuan berjalan kondusif dan berlangsung selama sekitar dua jam.
Juru bicara Ponpes Lirboyo, KH. Abdul Mu’id Shohib, mengungkapkan bahwa dalam pertemuan itu dibahas berbagai klarifikasi mengenai tayangan yang dianggap menampilkan visual kiai dan santri tanpa izin serta tanpa mempertimbangkan sensitivitas konteks pesantren.
Tayangan Xpose Uncensored sebelumnya menjadi sorotan karena menampilkan unsur visual kehidupan pesantren termasuk santri, kiai, dan nyai ddalam format infotainment yang dinilai tidak menghormati nilai-nilai keagamaan dan lembaga pendidikan Islam.
Hal tersebut memicu tuntutan publik dan warga Nahdlatul Ulama agar pihak produksi dan stasiun televisi bertanggung jawab.
Dengan langkah penghentian produksi dan permintaan maaf terbuka dari PT Shandhika Widya Cinema, diharapkan polemik ini dapat mereda serta menjadi pembelajaran penting bagi industri media agar lebih menghormati norma keagamaan, budaya pesantren, dan etika jurnalistik.
Meski demikian, sejumlah pengamat menilai bahwa pemulihan kepercayaan publik terhadap rumah produksi tersebut tidak akan terjadi secara instan dan memerlukan langkah nyata di luar sekadar pernyataan maaf. (*)










